Rasio utang pemerintah Indonesia terhadap PDB adalah 39,7% per Januari 2025 , dengan proyeksi IMF sebesar 40,1% pada akhir tahun . Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya:
- Malaysia : 64,6% pada tahun 2024 , diproyeksikan mencapai 65% pada tahun 2025 .
- Vietnam : 37,5% pada tahun 2024 , diproyeksikan 36,9% pada tahun 2025 .
- Kamboja : 27% pada tahun 2024 , diproyeksikan 27,8% pada tahun 2025 .
- Timor-Leste : 14,3% pada tahun 2024 , diproyeksikan 15,1% pada tahun 2025 .
- Brunei : 2,29% pada tahun 2024 , diproyeksikan 2,2% pada tahun 2025 .
- Laos : 112,2% pada tahun 2024 .
- Singapura : 174,3% pada tahun 2024 , tertinggi di ASEAN.
Rasio utang Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, tetapi para ekonom memperingatkan bahwa pertumbuhan pendapatan pajak yang rendah dapat menimbulkan tantangan dalam mengelola keberlanjutan utang.
Alasan di balik rendahnya rasio utang terhadap PDB Indonesia.
Indonesia mempertahankan rasio utang terhadap PDB yang relatif rendah karena beberapa faktor utama:
- Manajemen Fiskal yang Bijaksana – Pemerintah secara konsisten mengendalikan pinjaman dengan memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pendapatan secara signifikan. Pendekatan ini mencegah ketergantungan berlebihan pada pembiayaan utang.
- Aliran Pendapatan yang Kuat – Indonesia memperoleh pendapatan yang besar dari perpajakan, badan usaha milik negara, dan ekstraksi sumber daya alam (seperti minyak, gas, dan mineral). Sumber pendapatan ini membantu mendanai operasi pemerintah tanpa pinjaman yang berlebihan.
- Defisit Anggaran Terkendali – Walaupun Indonesia mengalami defisit anggaran, namun defisit tersebut masih relatif kecil (sekitar 1,65% PDB pada tahun 2023 ), sehingga membatasi kebutuhan akumulasi utang dalam skala besar.
- Strategi Pemanfaatan Utang – Pemerintah memprioritaskan pengeluaran produktif pada infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, memastikan bahwa dana pinjaman berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
- Pertumbuhan Ekonomi yang Stabil – Perekonomian yang tumbuh memungkinkan Indonesia mengelola utangnya secara lebih efektif, sehingga mengurangi kebutuhan pinjaman agresif.
Pendekatan Indonesia terhadap pengelolaan utang telah membantu menjaga kepercayaan investor dan stabilitas ekonomi , menjadikannya salah satu negara dengan ekonomi yang paling disiplin secara finansial di ASEAN.
Dampak rendahnya rasio utang terhadap PDB Indonesia.

Rasio utang terhadap PDB Indonesia yang relatif rendah memiliki beberapa dampak utama:
- Stabilitas Ekonomi – Rasio utang yang lebih rendah berarti Indonesia tidak terlalu rentan terhadap guncangan eksternal, seperti krisis keuangan global atau fluktuasi mata uang. Hal ini membantu menjaga tingkat inflasi tetap rendah dan pertumbuhan ekonomi yang stabil .
- Kepercayaan Investor – Investor asing cenderung menyukai perekonomian dengan tingkat utang yang dapat dikelola, karena hal ini menandakan disiplin fiskal dan risiko gagal bayar yang lebih rendah . Hal ini dapat menyebabkan peningkatan investasi langsung asing (FDI) dan arus masuk modal yang lebih kuat .
- Fleksibilitas Pemerintah – Dengan beban utang yang lebih rendah, Indonesia memiliki lebih banyak ruang untuk mengalokasikan dana untuk infrastruktur, program sosial, dan pembangunan ekonomi tanpa terlalu bergantung pada pinjaman.
- Tantangan dalam Pertumbuhan – Meskipun rasio utang yang rendah umumnya positif, beberapa ekonom berpendapat bahwa pendekatan peminjaman yang hati-hati di Indonesia dapat membatasi kemampuannya untuk membiayai proyek berskala besar yang dapat mempercepat ekspansi ekonomi.
Secara keseluruhan, pengelolaan fiskal Indonesia telah memposisikannya sebagai salah satu negara dengan perekonomian paling tangguh di ASEAN.