Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan Proyek Strategis Nasional (PSN) Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek ini merupakan proyek penghasil gas bumi terbesar di Indonesia. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyatakan bahwa proyek ini akan meningkatkan kapasitas produksi tahunan tanggung liquified natural gas (LNG) menjadi 11,4 juta ton per tahunnya. Dengan investasi sebesar USD 4,83 miliar atau sekitar Rp 72,45 triliun, proyek ini juga bertujuan untuk mendukung target produksi gas bumi 12 standar kaki kubik per hari pada tahun 2030.
Proyek Tangguh Train 3 memiliki manfaat yang signifikan bagi Indonesia. Selain sebagai penghasil gas bumi terbesar di Indonesia, proyek ini juga akan memberikan kontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mitigasi perubahan iklim. Dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 11,4 juta ton per tahun, proyek ini akan memenuhi kebutuhan gas nasional dan berkontribusi sekitar 35% dari total produksi gas di Indonesia.
Peningkatan Kapasitas Produksi Tangguh LNG
Dengan beroperasinya Tangguh Train 3, kapasitas produksi tahunan Tangguh LNG akan meningkat drastis. Sebelumnya, fasilitas produksi gas lepas laut di Teluk Bintuni ini hanya mampu menyuplai tiga kilang LNG dengan kapasitas masing-masing sebesar 3,8 juta ton per tahun. Namun, dengan adanya Tangguh Train 3, kapasitas produksi tahunan Tangguh LNG akan mencapai 11,4 juta ton per tahun.
Penyerapan Tenaga Kerja Lokal
Salah satu keuntungan dari proyek Tangguh Train 3 adalah penyerapan tenaga kerja lokal. Saat ini, sekitar 70% tenaga operasional kilang gas Tangguh berasal dari Provinsi Papua Barat dan Papua. Presiden Jokowi menyampaikan bahwa ada target baru untuk mencapai 85% tenaga kerja Indonesia pada tahun 2029. Selain itu, proyek ini juga akan merekrut 105 teknisi operasi dan pemeliharaan kilang LNG dari putra-putri Papua Barat dan daerah lain. Mereka akan direkrut sejak SMA dan menjalani program pendidikan dari BP Berau Ltd.
Proyek Pengembangan Lain di Papua Barat
Selain proyek Tangguh Train 3, terdapat juga proyek pengembangan lain di Papua Barat yang merupakan bagian dari proyek hulu migas dan turunannya. Pertama, ada Proyek Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) Ubadari yang merupakan proyek terintegrasi berikutnya dari Proyek Tangguh. Kedua, ada proyek hilirisasi blue ammonia yang akan meningkatkan nilai tambah produk gas bumi. Ketiga, akan segera dimulainya pengembangan Lapangan Gas Alam Asap Kido Merah (AKM) di Wilayah Kerja Kasuri. Produksi gas dari Lapangan AKM akan digunakan untuk mendukung pasokan bahan baku bagi pabrik Pupuk Kaltim yang akan dibangun di Fakfak.
Selain meresmikan proyek Tangguh Train 3, Presiden Jokowi juga melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Industri Pupuk Fakfak di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Pembangunan kawasan industri pupuk ini bertujuan agar kawasan timur Indonesia memiliki industri pupuk sendiri. Saat ini, semua industri pupuk berada di kawasan barat wilayah Indonesia, sedangkan kawasan timur belum memiliki industri pupuk.
Pembangunan Kawasan Industri Pupuk Fakfak memiliki manfaat yang signifikan. Selain memenuhi kebutuhan pupuk di wilayah Papua dan mendukung lumbung pangan di Papua, kawasan ini juga dapat menopang kebutuhan pupuk di wilayah timur Indonesia seperti Maluku dan Maluku Utara. Selain itu, sebagian produksi pupuk dari kawasan ini juga dapat diekspor, terutama ke Australia yang merupakan salah satu negara importir pupuk dari Indonesia.
Presiden Jokowi mendorong agar pembangunan konstruksi kawasan industri pupuk segera dilaksanakan. Diharapkan pembangunan tersebut dapat diselesaikan pada tahun 2038. Proyek ini memiliki nilai investasi sebesar Rp 30 triliun. Selain itu, diharapkan pabrik pupuk di kawasan ini dapat memiliki kapasitas produksi hingga 1,15 juta ton pupuk urea dan 825 ribu ton amonia setiap tahunnya.
Reresmikan Proyek Strategis Nasional Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat, Presiden Jokowi telah membuka proyek penghasil gas bumi terbesar di Indonesia. Dengan investasi besar, proyek ini akan meningkatkan kapasitas produksi gas bumi di Indonesia dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Selain itu, pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak juga akan mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah timur Indonesia. Semua ini merupakan langkah penting dalam menggerakkan sektor energi dan industri di Indonesia.